Tryana Sjam’un
Masa depan sebuah bangsa dan negara sangat ditentukan oleh intensitas peran anggota masyarakat dalam ikut serta mengisi kemerdekaan yang dimilikinya. Berbagai pilihan aktivitas; sosial, ekonomi, politik, budaya dan lain sebagainya, saling berinteraksi dan berdialektika satu sama lain, akan membentuk sketsa wajah bangsa tersebut. Adalah sebuah fitrah, bahwa setiap individu atau kelompok mesti menentukan sendiri garis dan goresan apa yang hendak ia torehkan pada wajah bangsanya itu. Dan, kegiatan penulisan serta publikasi melalui sebuah media massa, pun bisa menjadi sebuah pilihan. Media massa yang kami pilih, sebagaimana wataknya, bertujuan untuk mempertukarkan buah-buah pikiran dan gagasan dari ragam aktivitas tersebut, dengan suatu etika dan ciri-ciri kesantunan budaya. Dalam konteks kesadaran itulah kami me-realease Newsletter Salakanagara dan salakanagarainstitute.or.id
Setelah berlalu lebih dari dua dekade Reformasi, perjalanan bangsa dan negara kita, tampak seperti masuk dalam suatu pusaran keterombang-ambingan demokrasi. Tentu bukan karena kita telah keliru memilih demokrasi, namun sikap dan laku kita dalam berdemokrasi itulah yang menjadi soal. Demokrasi kita hanya berpedoman pada sebuah prosedur, sebuah tata cara, namun abai makna substansialnya. Demokrasi pun berjalan bagai lepas dari kendali akhlak dan etika berdemokrasi. Karakter keberpihakan pada rakyat yang semestinya menjadi jiwa setiap kebijakan, tak lagi memberikan cukup kepercayaan pada masyarakat. Apalagi, jika melihat pada sekian banyak praktik kekuasaan yang berkembang, kita merasa semakin sulit menemukan mana yang sejatinya dipersembahkan untuk kemaslahatan rakyat, bangsa dan negara. Tampaknya, tubuh bangsa dan negara ini tengah mengidap problem serius berupa karakter buruk dan integritas rendah, yang tengah diperankan oleh sebagian kelompok yang diberi kesempatan mengelola negara.
Kini, kita seperti merasakan permasalahan bangsa, negara dan masyarakat yang kian menumpuk, dan kerapkali memunculkan dilema-dilema dalam penyelesaiannya. Bahkan, ketika hendak menentukan harus mulai dari mana, tak jarang kita menemui kepelikan dan seolah tak mampu. Terasa akut kesulitan yang tengah dihadapi bangsa ini. Namun sesungguhnya, selalu ada harapan, bahwa bangsa ini akan mampu kembali menata diri sebangun dengan cita-cita Konstitusinya. Oleh karena itu, setiap noktah upaya yang konstruktif, pun menjadi penting.
Memang, kita tidak mungkin bisa serta merta mengatasi setiap problem atau mengubah kondisi yang sudah rumit itu dalam sekejap. Namun, setiap anak bangsa diberi hak moral dan sekaligus tanggung jawab untuk turut melakukan perubahan dan pembenahan. Hak dan tanggung jawab ini, adalah warisan ibu pertiwi yang tak pantas disia-siakan. Kewajiban kita adalah menunaikannya, sementara hasilnya, hak ‘sang waktu’ untuk menuturkannya.
Newsletter Salakanagara dan salakanagarainstitute.or.id hanyalah sebuah ikhtiar untuk memenuhi panggilan itu, sekaligus menubuhkan rasa cinta dan harapan akan masa depan bangsa yang lebih baik. Kita, tentu, tak menghendaki bangsa dan negara kesatuan yang berdiri di atas ‘sebongkah tanah dari surga’, meminjam ungkapan Buya Hamka, ini kelak hanya ‘tinggal nama’. Dan kita juga tak menginginkan apabila, di rentang masa kita hidup ini, tertoreh catat pilu di lembar sejarah perjalanan bangsa tercinta.
Kami berharap, penerbitan Newsletter Salakanagara dan salakanagarainstitute.or.id bisA menjadi sebuah media di mana Anda, para pembaca, bisa berdialog dan bertukar pikiran secara sehat.


