Dean Algamereau
“Akan segera muncul seorang calon penghuni surga,” kata Nabi Muhammad saw. kepada para sahabat yang duduk bersamanya. Kemudian muncul seorang lelaki yang janggutnya basah dengan air wudu. Nabi saw mengatakan hal itu bukan sekali saja, berkali-kali, dan orang itu lagi yang kemudian muncul.
Salah seorang sahabat penasaran. Punya amal apa sehingga Nabi saw memastikannya akan masuk sorga? Banyak sahabat yang hidup bersama-sama dengan Nabi saw, yang dekat dengan Nabi saw, tetapi tidak semua sahabatnya itu dinyatakan pasti akan masuk surga.
Abdullah bin Amr bin Ash r.a (putra jenderal perang Amr bin Ash r.a.), sahabat yang penasaran itu, lalu mengikuti lelaki yang dipastikan Nabi saw akan masuk sorga itu. Tiba di rumahnya, dan Abdullah ra menjadi tamu. “Saya ingin menginap di rumah Anda beberapa hari saja, karena saya sedang bermasalah dengan ayah saya. Bolehkah?” tanya Abdullah. “Boleh,” jawab tuan rumah, ramah.
Abdullah r.a. mengamati kehidupan sehari-hari orang yang dipastikan Nabi ra akan masuk sorga itu. Biasa saja. Tanpa amal yang istimewa. Pada waktu malam hari, Abdullah ra mengira orang itu rajin bangun tengah malam untuk salat tahajud, rajin membaca Al-Qur’an. Ternyata, tidak ada apa pun, kecuali mendengar kalimah takbir atau istigfar saat membalikkan tubuh dalam posisi tidurnya.
Setelah tiga hari tiga malam tinggal di rumahnya, ternyata Abdullah ra tidak mendapatkan satu pun keistimewaan amalnya. Abdullah sangat kecewa. Orang itu ternyata sahabat biasa, yang sudah terbiasa dengan keadaan biasa-biasa saja. Baik siang maupun malam, biasa saja.
Abdullah ra memutuskan pulang saja. Sebelumnya, berterus terang kepada tuan rumah. Kata Abdullah ra sebelum pamit, “Sebetulnya, saya tidak punya masalah sedikit pun dengan ayah saya. Hanya saja, saya penasaran. Kalau Anda hadir di antara kami, selalu dan selalu saja Nabi Muhammad saw mengatakan ‘akan segera muncul seorang calon penghuni sorga’. Ternyata, Anda lagi, Anda lagi yang muncul. Saya ingin tahu, amal apa yang sebetulnya Anda lakukan sehingga Anda dipastikan akan masuk sorga?”
Tuan rumah bingung. Sebetulnya, dia sendiri tidak tahu amal istimewa apa yang dilakukannya. Tuan rumah tidak menjawab. Abdullah ra pamit, sambil tidak mendapatkan jawaban apa pun.
Ketika baru beberapa langkah berjalan, tiba-tiba, tuan rumah memanggilnya.. Kata tuan rumah, “Begini! Sesungguhnya, saya sendiri tidak tahu. Hanya saja, saya tidak punya rasa iri hati sedikit pun, kepada siapa pun!”. Tak perlu amal “mewah” sebagai “tiket”masuk ke surga.
Bersih diri dari iri hati (dalam bahasa Arabnya, hasad) ternyata jadi “kunci” pintu surga. Siapa pun hakikatnya bisa mendapat “kunci” itu : kaya atau miskin, rakyat atau pejabat, konglomerat atau orang melarat, tukang sayur atau gubernurm juga pesinden atau presiden.
Seperti firman Allah Swt. dalam Al-Qur’an, bahwa yang paling mulia di sisi-Nya adalah orang yang paling takwa (Al-Hujurat: 13). Ayat ini adil. tak diskriminatif, berlaku untuk semua orang : takwa kunci mulia. Orang yang paling takwa, orang yang paling mulia. Mengapa saum Ramadan wajib? Akhir ayat perintah wajib saum Ramadan ini adalah kunci jawabannya : la’allakum tattaquun (Al-Baqarah: 183): agar kamu bertakwa. Salah satu ciri orang yang takwa, tentu, dirinya bersih dari iri hati, dari hasad atau dengki. ***


